Penyakit sering disebabkan ganguan keseimbangan hormon akibat kelebihan asupan karbohidrat, nasi, dan gula. Maka pola diet tanpa makan nasi menjadi saran seorang dokter ahli gizi Tan Shot Yen. Beliau merekomendasi pasien-pasiennya untuk berhenti mengonsumsi nasi, gula, dan makanan berpati.
Dr Tan yang telah menyelesaikan program doktoralnya di bidang gizi itu berpendirian bahwa pola makan bagaimana pun adalah ”obat” yang fundamental dalam menyembuhkan penyakit. Bukan berarti ia anti-obat. Namun, ia tak ingin pasien seumur hidup bergantung pada obat tanpa sudi mengubah gaya hidup melalui pola makan sehat.
Mengubah pola makan dengan mengganti nasi menjadi nasi merah atau kentang, tidak akan membuat perubahan pada kesehatan. Sebaiknya kita mengganti sumber karbohidratnya hanya dari sayuran mentah, seperti aneka selada, tomat, dan mentimun. makan lauk-pauk sumber protein seperti biasa, terutama ikan dan ayam.
Karbohidrat terbaik
Dr Tan menjelaskan, sumber pangan yang dibutuhkan manusia sebenarnya sederhana saja, yakni makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Mikronutrien adalah unsur mineral dan vitamin. Dalam hal karbohidrat, kita terbiasa mengenal sumbernya hanya beras atau nasi, roti, dan sumber berpati.
Namun, Dr Tan menegaskan, sumber karbohidrat terbaik bagi manusia sebenarnya adalah sayur-sayuran mentah dan buah-buahan. Kita selama ini tak menyadari bahwa sayuran juga merupakan sumber karbohidrat, bahkan yang terbaik.
Sayuran memiliki indeks glikemik yang rendah, tidak terlalu cepat diubah menjadi gula darah dalam dua jam setelah makan, berserat, berkapasitas antioksidan tinggi, dan alkalis (tidak asam yang mempercepat perusakan organ tubuh). Oleh karena itu, dr Tan menyarankan pasiennya mengubah sumber karbohidratnya dengan sayuran segar saban hari setiap kali makan 200 gram dipadu dengan lauk-pauk tanpa digoreng. Sayuran mentah masih memiliki enzim hidup yang membuat tubuh tidak perlu boros enzim untuk mengolahnya.
Nasi dan makanan berpati atau terigu memiliki indeks glikemik tinggi sehingga cepat diubah menjadi gula darah yang mengakibatkan lonjakan insulin mendadak. Lonjakan insulin ini memancing hormon eicosanoids pro-peradangan yang berujung pada investasi berbagai penyakit, termasuk yang belum disadari gejalanya. Pola makan yang baik membuat hormon eicosanoids anti-peradangan berdaulat yang berfungsi perbaikan dan peremajaan.
Pola makan tanpa nasi, gula, tepung, atau sumber pangan berpati dengan indeks glikemik tinggi telah terbukti membuat orang hidup lebih sehat dan tenteram. ”Makanan terbaik adalah makanan paling alami yang telah diciptakan oleh Tuhan sebelum manusia ada. Nasi, gula, tepung adalah makanan dagangan yang sarat kepentingan ekonomi politik saja. Itu sekadar makanan budaya, bukan yang dibutuhkan oleh tubuh kita,” kata dr Tan.
Pola makan sehat demikian, menurut dr Tan, tidak hanya wajib diikuti mereka yang mengidap penyakit, tetapi juga yang masih sehat, bahkan sejak usia kanak-kanak.
Inilah Contah Pola Makan Tanpa Nasi.
Pagi, sarapan bubur oat secukupnya dengan teh hangat tawar. Satu sampai dua jam kemudian, mengudap buah. Makan siang dan malam hanya sayuran dan lauk-pauk. Camilan di kala sore biasanya buah atau kacang almond. olahraga rajin berjalan kaki.