Cara Menghindari Teknologi Penyadapan

Hubungan Australia dan Indonesia sempat memanas akibat isu penyadapan. Pemerintah Australia telah menyadap para pejabat di Indonesia, termasuk Presiden dan Ibu Negara.Hal ini dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang dibocorkan oleh Edward Snowden.
Snowden pada awal 2014 kembali mengungkap adanya penyadapan pembicaraan antara seorang pejabat Indonesia dengan Firma Hukum Amerika Serikat, Mayer Brown. Mayer Brown merupakan penasehat hukum pemerintah Indonesia untuk sengketa dengan AS terkait rokok kretek dan udang.
Bagaimana menghindari penyadapan yang makin canggih? mari kita pelajari teknologi yang digunakan dalam operasi penyadapan.
Bukan hanya lembaga intelijen seperti ASD dan NSA yang memiliki kemampuan menyadap. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga memiliki sistem penyadapan yang canggih. Sistem serupa dimiliki lembaga resmi pemerintah seperti intelijen atau polisi. Penyadapan bisa dilakukan tanpa melibatkan operator atau diluar jaringan operator.
Penyadapan kemungkinan besar dilakukan saat koneksi dari ponsel menuju base transceiver system (BTS) terjadi. BTS adalah perangkat dalam suatu jaringan telekomunikasi seluler yang menghubungkan jaringan suatu operator telekomunikasi dengan pelanggannya. Secara teknis, penyadapan dari ponsel ke BTS juga tidak mudah. Ia bisa dilakukan apabila seseorang menaruh sesuatu di ponsel.
Tidak tertutup kemungkinan pelaku melakukan penyadapan dengan menaruh BTS disekitar target. BTS inilah yang akan menangkap sinyal yang dipancarkan dari ponsel sasaran. BTS dimaksud bisa saja berupa BTS portabel yang memiliki kemampuan setara dengan BTS konvensional namun bentuknya ramping. Ia bisa dipasang ditempat-tempat umum seperti lampu pengatur lalu lintas atau papan reklame. Bisa saja menggunakan mikro atau makro BTS. Teknologi terbaru, BTS hanya sebesar mug dengan kemampuan setara BTS konvensional.
Namun memasang BTS tidaklah cukup. Bagaimana mengetahui yang bersangkutan adalah target atau sasaran yang akan disadap? Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Sebelumnya penyadapan dilakukan dengan mengidentifikasi nomor telepon yang digunakan. Pada banyak kasus, seseorang memiliki banyak nomor telepon atau berganti-ganti nomor telepon. Ini tentu saja riskan. Belum tentu nomor target digunakan langsung oleh bersangkutan.
Karena kasus ini, dikembangkan metode penyadapan dengan memperhatikan device dan imei yang digunakan target. Asumsinya, orang bisa saja memiliki banyak nomor telepon atau berganti-ganti nomor telepon. Rupanya pendekatan nomor telepon dan device dinilai belum optimal, karena target bisa saja berganti-ganti nomor telepon untuk menghapus jejak.
Perkembangan terbaru, sistem penyadapan menambahkan unsur struktur suara target. Menggabungkan nomor telepon, device dan imei serta struktur suara belakangan menjadi suatu pendekatan yang dinilai mendekati sempurna. Karena dengan tiga pendekatan tadi tingkat kekeliruan target sangat kecil sekali.
Ada sebuah proses yang panjang dalam suatu penyadapan. Artinya tidak bisa begitu saja dilakukan. Harus tahu nomer telepon, device dan imei-nya, hingga merekam struktur suara. Untuk aksi penyadapan sendiri membutuhkan dukungan perangkat keras dan perangkat lunak yang andal. Butuh waktu yang lama untuk melakukan identifikasi target atau sasaran.
Yang jelas telpon memang rentan sadap. Apalagi jaringan telepon menggunakan jaringan publik yang digunakan banyak orang, bukan menggunakan jaringan khusus yang hanya bisa digunakan kalangan terbatas. Tidak melakukan telepon untuk pembicaraan yang bersifat sangat rahasia merupakan langkah awal menghindari penyadapan.
Kesimpulan semakin canggih teknologi semakin mudah dilakukan penyadapan. Mungkin kita harus kembali ke era menggunakan burung merpati pos. ini bukan dagelan, cara ini dilakukan dengan cara mengikat kartu data seperti mini sd card dikaki burung tersebut.