Perbandingan Khasiat Sari Kurma dan Buah Kurma Asli
Kurma menjadi makanan khas untuk berbuka puasa bulan ramadhan. Kini sudah digantikan posisinya dengan hadirnya produk olahan kurma berupa sari kurma. Tapi, apakah sama antara kualitas sari kurma dibanding buah kurma?
Sari kurma adalah primadona baru di Indonesia. Keberadaannya tak lepas dari booming-nya pemberitaan seputar khasiatnya untuk menumpas berjangkitnya Demam Berdarah. Mulai dari impor sampai yang teranyar adalah banyaknya produsen lokal, produk sari kurma kian dielu-elukan sebagai obat yang menggantikan buah kurma. Namun banyak yang mencoba merasakan keanehan dari rasanya.
Beberapa merek sari kurma yang laris di pasaran bukan buah kurma tapi seperti rasa gula jawa. Bahkan beberapa, terlalu manis untuk dikatakan sebagai sari dari buah kurma.
Sebenarnya kurma segar ada dua jenis kurma, yang satu berwarna merah dan ukurannya besar dengan rasa tidak terlalu manis. Kurma tersebut apabila dagingnya telah teroksidasi (menjadi coklat) akan terasa seperti buah sawo. Sedangkan yang kedua berwarna kuning dan berukuran kecil seperti kurma lulu’. Rasanya lumayan manis dan agak sepat, karena kadar tanin yang lebih tinggi dari jenis pertama.
Apabila dibandingkan dengan kurma yang telah dikeringkan rasanya agak mustahil jika semua kurma tadi apabila disari airnya menjadi begitu manis, bahkan bagi orang yang hobi dengan makanan manis agak kurang suka dengan manis sari kurma yang terlalu menyengat.
Berikut adalah cara mengambil sari kurma dari kurma kering. Pertama, kurma direndam dengan air selama satu malam. Setelah itu kurma dipisahkan dari bijinya. Setelah terpisah, kurma dihaluskan. Bubur kurma kemudian peras dengan menggunakan metode dingin atau di press tanpa pemanasan. Proses pemerasan bubur kurma dilakukan selama beberapa kali dan dibantu dengan penambahan air.
Kemudian air sari kurma dimasak selama beberapa waktu untuk mengurangi kadar airnya. Kemudian sebelum sari kurma dikemas ditambahkan pemanis dari campuran fruktosa dan glukosa. Nah, disini lah yang menjadikan perbedaan signifikan antara kebanyakan produk sari kurma dengan kurma.
Larutan fruktosa dengan glukosa ini sering disebut dangan HFCS (High Fructose Corn Syrup) yang berasal dari sirup jagung. HFCS adalah salah satu jenis pemanis yang mulai diperkenalkan pada 1970-an. Perbandingan campuran antara keduanya (fruktosa dan glukosa) sekitar 55% : 42%. Walaupun terdapat label jagung dalam penamaannya, namun kenyataannya sirup ini bukanlah produk pemanis alami.
Saat ini, penggunaan sirup HFCS telah menuai kontroversi. Beberapa jurnal menunjukkan bahwa pemakaian sirup HFCS cukup memainkan peranan dalam mencetuskan berbagai penyakit kelainan metabolik seperti diabetes, darah tinggi, obesitas, perlemakan hati, penyakit jantung dan penyakit ginjal kronis. Bahkan beberapa sampel ditemukan sejumlah merkuri yang diidentifikasi berasal dari proses pembuatan jenis pemanis tersebut.
Pada dasarnya, kandungan kurma memang terdiri dari sejumlah besar karbohidrat kompleks, gula, serat dan sejumlah zat tanin. Gula alami pada kurma mampu menjadi bahan bakar energi instan. Oleh sebab itu selain dikatan dalam hadits tentang berbuka puasa dalam sebuah kisah terkait kelahiran Nabi Isa Alaihi Sallam, ibunda Mariam dianjurkan mengkonsumsi kurma. Kurma basah juga mencegah terjadinya pendarahan pada wanita saat melahirkan dan mempercepat pengembalian posisi rahim seperti semula. Hal ini disebabkan adanya hormon oksitosin.
Kurma kaya akan tanin yang memiliki efek astringen, atau zat pembantu untuk meminimalisir frekuensi diare. Kurma dapat membantu untuk melawan keracunan alkohol. Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu A’laihi Wa Sallam. Seratnya dapat membantu mencegah sembelit. Sedangkan pada jus kurma atau yang pada zaman Rasulullah Shallallahu A’laihi Wa Sallam disebut Nabiz, sebenarnya dapat dipergunakan untuk melawan demam, batuk, dan masalah bronkhial paru-paru.
Sementara pada proses pembuatan sari kurma yang dilakukan pemanasan padanya, maka dapat merusak unsur protein dan vitamin yang akan terurai pada suhu panas. Bahkan pada posisi panas yang tinggi dapat menyebabkan reaksi browning pada gula. Hal ini dapat dilihat apabila terjadi perubahan warna jus kurma menjadi coklat tua. Gampangnya, untuk mengenal reaksi browning ini dapat dilihat pada perubahan larutan gula pasir yang dipanaskan hingga mengental dan warnanya menjadi coklat.
Melihat beberapa perbedaan yang ada terutama dengan adanya bahan tambahan pangan yang berisiko terhadap kesehatan, maka tidak dapat disamakan antara penggunaan sari kurma dengan kurma sebagai makanan yang sehat.
Namun sebaiknya lebih memilih kurma utuh dari pada sari kurma sebagai sarana untuk mendapatkan barokah.