Kemungkinan Telur Menetas Dalam Mesin Penetas

Beberapa produsen mesin penetas telur berani mengklaim persentase keberhasilan mesin mereka. Padahal ternyata cukup banyak komplain untuk mesin penetas yang beredar dipasaran. Karena unggas ialah mahluk hidup yang otomatis pun ada ‘Campur Tangan Tuhan’ dalam proses kehidupannya, pastinya patut dipertanyakan andai ada klaim / garansi pasti menetas. Ibarat tidak bakal pernah terdapat dokter kandungan yang mengklaim bayi ‘pasti’ bermunculan dengan selamat dan sempurna.

Keberhasilan dalam proses penetasan tidak selalu tergantung dari mesin penetas saja, namun ada hal lainnya. Kalaupun perlu guna dituliskan daya tetas dalam spesifikasi mesin penetas, dapat di berikan data berupa daya tetas rata-rata. Sebagai informasi, telur yang disyaratkan cocok Standar Nasional Indonesia (SNI) minimal ialah 70%.

Jika diurutkan mulai dari hal yang sangat penting, maka faktor-faktor yang dapat menghasilkan daya tetas tinggi tergantung dari:

1. Telur tetas yang berkualitas.

Berkualitas dalam makna berasal dari produsen telur tetas yang terpercaya atau dari peternakan yang sudah menjalankan sistem pemeliharaan dan seleksi indukan yang baik. Seringkali terjadi, telurnya sudah berbobot | berbobot | berkualitas dari peternakan yang terpercaya tetapi merasakan proses transportasi yang dapat menyebabkan kerusakan dampak getaran atau panas ketika di jalan. Lebih dianjurkan melakukan pemeliharaan indukan sendiri karena dapat melakukan kontrol kualitas yang lebih baik. Lakukan seleksi telur secara visual atau memakai teropong telur, baik guna telur segar maupun telur yang telah dimasukkan mesin penetas.

2. Operator yang baik.

Baik dalam makna tidak mesti kawakan bertahun tahun dalam menangani penetasan telur. Paling penting ialah telaten dan mempunyai keinginan dalam belajar, sampai-sampai peternak pemula pun dapat menetaskan dengan baik asalkan inginkan belajar menetaskan telur dari sekian banyak media / buku, dan tidak mudah putus asa jika belum dapat menghasilkan daya tetas tinggi. Secanggih apapun mesin penetas telur, tetap membutuhkan monitoring yang telaten. Dengan demikian pemakaian mesin penetas full otomatis tidak berarti menghilangkan sama sekali peran operator, melainkan melulu membantu meringankan kegiatan dan mengatasi kekurangan utama manusia, yakni ‘lupa’, contohnya dalam kegiatan pemutaran telur.

3. Mesin penetas telur yang bekerja dengan baik dan lancar.

Pada prinsipnya seluruh mesin penetas telur telah melewati tahap riset dan eksperimen yang memakan waktu lumayan lama. Mesin penetas yang bekerja dengan fasih mempunyai makna telah mengisi kaidah penetasan yang ideal, yaitu meluangkan PANAS dan KELEMBABAN yang cukup. Jadi bila hendak mendapatkan mesin penetas telur yang bagus, silakan periksa fitur-fitur yang sehubungan dengan panas dan kelembaban. Misalnya perangkat pengatur panas (thermostat) yang akurat dan teliti, dimana ketidaktetapan suhu (suhu sangat rendah dan sangat tinggi yang terbaca pada thermometer) maksimal1 derajat celcius (baca: satu derajat celcius). Mudahnya coba cek atau tanyakan untuk penjual apakah THERMOSTAT yang dipakai mempunyai spesifikasi: 1. Fluktuasi suhu maksimal 1 derajat celcius (terbaik 0,3 – 0,5 derajat celcius). 2. Ketelitian / resolusi display pada thermostat digital 0,1 derajat celcius. Ketelitian yang baik maksimal 0,5 derajat celcius. Jadi andai ada thermostat memiliki ketelitian melulu 1 derajat celcius (baik dalam memperlihatkan suhu seting maupun suhu aktua), maka butuh dipertanyakan kualitasnya. Pemahaman secara mudah, thermostat mesti dapat diseting suhunya dengan kelipatan 0,1 – 0,5, contohnya dari 37 ke 38 derajat celcius dapat diseting 37,1 .. 37,2 .. 37,3 .. 38, atau 37 .. 37,5 .. 38.

Kelembaban pada umumnya sudah disediakan oleh produsen berupa nampan mengandung air yang jangan kering sama sekali. Bagi penetas telur berkapasitas kecil, asalkan air tidak jarang kali dimonitor supaya tidak kering, maka hal kelembaban nyaris pasti sudah terpenuhi. Khusus guna penetas bertingkat (2 atau lebih rak telur), usahakan disediakan 2 tingkat kelembaban, yakni kelembaban normal 55 – 60% RH pada fase pemutaran telur / pengeraman dan 60 – 75% RH pada fase penetasan.

4. Setingan Suhu yang Ideal

Kesalahan dalam setingan suhu bisa berdampak pada rendahnya daya tetas atau bahkan tidak menetas sama sekali. Perlu dilaksanakan observasi atau eksperimen untuk mengejar suhu atau kelembaban terbaik. Jangan terpancang pada suhu tertentu dan dapat dilakukan evolusi setingan suhu andai pada penetasan kesatu dirasa tidak cukup memuaskan. Prinsip penetasan yang benar merupakan: telur menetas dengan WAKTU YANG TEPAT, guna telur ayam secara umum memiliki periode 20 – 21 hari. Jika telur menetas lebih cepat, maka suhunya terlampau tinggi, dan andai telur menetas lebih lambat maka suhunya terlampau rendah. Setingan ulang dapat dilakukan dengan rentang +/- 0,5 derajat. Seringkali peternak memakai suhu yang lumayan tinggi dengan asa telur menetas lebih cepat, sebenarnya meskipun dapat menetas dengan baik, lazimnya anakan yang menetas terlampau cepat berbobot | berbobot | berkualitas rendah. Ibarat laksana bayi insan yang bermunculan prematur, pastinya mempunyai situasi kesehatan yang lebih buruk daripada bayi yang bermunculan pada masa-masa yang ideal. Sebagai contoh, terdapat pemakai mesin penetas Aviamax yang mengadukan daya tetas rendah, sesudah kami anjurkan untuk mendongkrak 0,5 derajat celcius, ternyata daya tetasnya dapat meningkat secara segnifikan. Sekali lagi TIDAK ADA patokan suhu yang baku dalam penetasan telur, usahakanlah untuk mengerjakan pengaturan ulang andai daya tetas tidak cukup memuaskan.

5. Kondisi cuaca / iklim setempat

Banyak peternak melalaikan atau bahkan tidak terpikir guna mempertimbangkan faktur cuaca / iklim ketika menetaskan telur. Umumnya situasi cuaca / iklim dominan besar untuk kelembaban, dapat terlalu rendah atau terlampau tinggi. Saat musim penghujan atau musim kemarau tentunya menyerahkan kelembaban yang berbeda. Di sejumlah tempat, pada musim penghujan biasanya kelembaban dalam penetas telur menjangkau 60% meskipun tidak disediakan air. Disarankan untuk meluangkan alat pemantau kelembaban / hygrometer untuk menulis kelembaban luar dan dalam mesin penetas. Kontrol kelembaban secara sederhana dapat dilakukan dengan meningkatkan atau meminimalisir jumlah air pelembab, atau menanam mesin penetas pada lokasi yang ideal, yakni tidak terkena sinar matahari langsung, terpapar angin secara langsung (pada lokasi teras rumah), atau tidak ditaruh dalam lokasi tertutup laksana gudang.